ACUAN PENILAIAN DAN SKALA PENILAIAN


A.        Pendekatan Penilaian
1.    Pengertian Acuan Kriteria
Penilaian Acuan Criteria  (criterion-referenced test) atau disebut juga Penilaian Acuan Patokan (PAP),  secara umum  CRT (criterion-refrenced test) menunjukan apa yang Seseorang ketahui atau yang dapat di lakukan. Istilah criterion sendiri di artikan bermacam-macam, ada yang mengartikannya sebagai  batas lulus (cut score) atau skor terendah yang dapat di terima. Ada lagi yang mendefinisikan criterion sebagai ketrampilan atau pengetahuan khusus yang di ukur dan di pakai secara bergantian dengan istilah domain. Domain/criterion dapat di pandang potensial darimana butir-butir potensial yang actual di pilih. Dalam konteks ini, CRT adalah tes yang memberikan estimasi domain; yaitu, CRT mengestimasi proporsi domain yang di ketahui atau yang di lakukan oleh pengikut tes.[1]
Menurut M.Ngalim Purwanto, kriteria CRT ialah tes yang di rancang untuk mengukur seperangkat tujuan yang eksplisit. Dengan kata lain, CRT adalah sekumpulan soal atau items yang secara langsung mengukur tingkah laku-tingkah laku yang di nyatakan di dalam seperangkat tujuan behavioral atau performance objective.
Ada dua pengertian dalam penggunaan kata Criterion dalam ungkapan Criterion Referenced Test Items yaitu;
1.       Menunjukan hubungan antara tujuan-tujuan yang bersifat behavioral atau performance atau penampilan dan soal-soal test yang di buatnya
2.       Menunjukan spesifikasi ketetapan penampilan yang di tuntut untuk di nyatakan sebagai penguasaan atau mastery. Atau dengan kata lain, sampai batas mana siswa di harapkan dapat menguasai atau dapat menjawab dengan benar tes tersebut atau sampai berapa jauh siswa harus melakukan ketrampilan tertentu untuk dapat di nyatakan mencapai tujuan.[2]

2.       Pengertian Acuan Norma
Penilaian Acuan Norma (Norm Referenced Test) secara umum mununjukan dimana peringkat seseorang dalam kelompok orang yang mengikuti tes.[3] Secara singkat dapat di rumuskan bahwa penilaian acuan norma adalah penilaian yang di lakukan dengan mengacu pada norma kelompok; nilai-nilai yang di peroleh siswa di perbandingkan dengan nilai-nilai siswa yang lain termasuk di dalam kelompok itu.
Yang di maksud dengan “norma” dalam hal ini adalah kapasitas atau prestasi kelompok, sedangkan yang di maksud dengan “kelompok” yang di maksud dapat berarti sejumlah siswa dalam suatu kelas, sekolah,  rayon, dan propinsi atau wilayah.[4]
Ada beberapa pendapat tentang pengertian penilaian acuan norma, yaitu
1.    Acuan norma merupakan elemen pilihan yang memberikan daftar dokumen normative yang diacu dalam standar sehingga acuan tersebut tidak terpisahkan dalam penerapan standar.
2.    Pengolahan dan pengubahan skor mentah menjadi nilai dilakukan dengan mengacu pada norma atau kelompok
3.    PAN adalah nilai sekelompok peserta didik (siswa) dalam suatu proses pembelajaran didasarkan pada tingkat penguasaan dikelompok itu.
4.    PAN yaitu dengan cara mebandingkan nilai seorang siswa dengan nilai kelompoknya. Jadi dalam hal ini prestasi seluruh siswa dalm kelas/ kelompok dipakai sebagai dasar penilaian.
Dari beberapa pengertian ini dapat disimpulkan bahwa, penilaian acuan norma adalah penilaian yang dilakukan dengan mengacu pada norma kelompok; nilai-nilai yang diperoleh siswa diperbandingkan dengan nilai-nilai siswa yang lain yang termasuk didalam kelompok itu.[5]

3.       Perbedaan Acuan Kriteria dan Acuan Norma

No
Perbedaan
Norm-referenced
PAN
Criterion referenced
PAP
1.
Tujuan dinyatakan secara umum atau khusus
Cenderung sangat khusus dan mendetail
2.
ü mencakup rentangan hasil yang luas
ü sedikit item untuk tiap hasil

ü  domain hasil (aspek yang diukur) terbatas
ü  sejuklah item untuk tiap hasil
3.
Item tipe memilih (true-false, multiple choice dan sebagainya)
Tidak bergantung pada item tipe memilih saja
4.
“daya pembeda” diperhatikan
Performance siswa lebih ditekankan
5.
Menggunakan prosedur statistic (variabilitas skor rendah)
Tidak menggunakan prosedur statistic (variabilitas skor rendah)
6.
Baik untuk placemened dan sumatif
Cocok untuk formatif dan diagnostic[6]


B.        Skala Penilaian
1.       Beberapa Skala Penilaian
a.    Skala Bebas
Skala bebas yaitu skala yang tidak tetap, ada kalanya skor tertinggi 20, lain kali lagi 50. Ini semua tergantung dari banyak dan bentuk soal. Jadi, angka tertinggi dari skala yang di gunakan tidak selalu sama.
b.    Skala 1-10
Dalam skala 1-10, guru jarang memberikan angka pecahan, misalnya 5,5. Angka 5,5 tersebut di bulatkan menjadi 6. Dengan menggunakan skala 1-10 maka bilangan bulat yang ada masih menunjukan penilaian yang agak kasar.
c.     Skala 1-100
Penilaian dengan menggunakan skala 1-100, di mungkinkan melakukan penilaian yang lebih halus karena terdapat 100 bilangan bulat. Nilai 5,5 dalam skala 1-10 yang biasanya di bulatkan menjadi 6, dalam skala 1-100 ini boleh di tuliskan dengan 55.
d.    Skala huruf
Selain menggunakan angka, pemberian nilai dapat di lakukan dengan huruf A,B,C,D,dan E. Huruf tidak menunjukan kuantitas, tetapi dapat di gunakan sebagai symbol untuk menggambarkan kualitas.
2.       Distribusi Nilai
a.     Distribusi nilai berdasarkan standar mutlak
1.       Pemberian skor terhadap siswa, didasarkan atas pencapaian siswa terhadap tujuan yang ditentukan.
2.       Nilai diperoleh dengan mencari skor rata-rata langsung dari skor asal (mentah)
Apabila soal-soal ulangan yang dibuat oleh guru sangat mudah, sebagian besar siswa akan dapat berhasil mengerjakan soal-soal itu, dan tingkat pencapaiannya tinggi.sebagian besar siswa akan memiliki nilai sekitar 8, 9 atau 10 apabila telah diubah ke skala 10, sebaliknya apabila soal-soal tes yang disusun oleh guru termasuk soal sukar, maka pencapaian siswa akan sebaliknya pula. Sebagian besar siswa akan memiliki nilai 3, 4 bahkan mungkin 2 atau  1. Hanya beberapa orang siswa  yang istimewa saja yang memiliki nilai 6, dan mungkin tidak ada yanig memiliki nilai 7 ke atas. Namun demikian dengan standar mutlak ini mungkin pula diperoleh gambar kurva normal jika soal-soal tes disusun oleh guru dengan tepat seperti gambaran kecakapan siswa-siswanya.
b.    Distribusi nilai berdasarkan standar relative
1.       Pemberian skor terhadap siswa juga didasarkan atas pencapaian siswa terhadap tujuan yang ditentukan.
2.       Nilai diperoleh dengan 2 cara:
a)      Mengubah skor dari tiap-tiap ulangan lalu diambil rata-ratanya.
b)      Menjumlah skor tiap-tiap ulangan, baru diubah ke nilai.
Telah diterangkan, bahwa dalam menggunakan standar relative atau norm refrenced, kedudukan seseorang sealu dibandingkan dengan kawan-kawannya dalam kelompok. Dalam hal ini tanpa menghiraukan apakah distribusi skor terletak dalam kurva juring positif atau juring negative, tetapai dalam norm refrenced selalu tergambar dalam kurva normal. Hal ini didasarkan atas asumsi bahw apabila distribusi skor tergambar dalam kurva juring positif, yang kurang sempurna adalah soal-soal tesnya, yaitu terlalu sukar. Dengan demikian, nilai siswa lalu direntangkan sedemikian rupa sehingga tersebar dari nilai tinggi ke nilai rendah, dengan sebagian terbesar terletak pada nilai sedang. Demikian pula sebaliknya apabila skor siswa tergambar dalam kurva juring negative. Dalam ubahan menjadi nilai, disebar sedemikian rupa sehingga kurva normal, dengan nilai sedang adalah nilai yang paling banyak.
3.       Standar Nilai
-          Nilai standar berskala Sembilan (stannine), yaitu rentangan atau skala nilai yang bergerak mulai dari 1 sampai dengan  9,[7] seperti berikut ini:

Staines
Interpretasi
9                                        (4%)
Tinggi                              (4%)
8                                        (7%)
7                                        (12%)
Diatas
rata-rata                        (19%)
6                                        (17%)
5                                        (20%)
4                                        (17%)
Rata-rata                       (54%)
3                                        (12%)
2                                        (7%)
Dibawah
rata-rata                        (19%)
1                                        (4%)
Rendah                          (4%)
Misalnya kita memiliki skor-skor seperti disebutkan dalam hasil ulangan IPS kelas V, dengan mudah dapat kita tentukan 4% dari siswa yang mendapat nilai 9, selanjutnya 7% mendapat nilai 8, 12% mendapat nilai 7, 17% mendapat nilai 6, dan seterusnya.[8]
-          Nilai standar berskala sebelas (standar eleven/ stanel= eleven points scale), yaitu skala nilai yang bergerak mulai  dari nilai 0 sampai dengan nilai 10,[9] yang dikembangkan oleh Fakultas Ilmu Pendidikan UGM disesuaikan dengan system penilaian di Indonesia.
Dengan stanel ini, system penilaian membagi skala menjadi 11 golongan, yaitu angka-angka  0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, yang satu sama lain berjarak sama. Tiap-tiap angka menempati  jarak antara
-          Standar sepuluh
Didalam Buku Pedoman Penilaian (Buku III B Seri Kurikulum SMA Tahun 1975) ditentukan bahwa untuk mengolah hasil tes, digunakan standar relative, dengan nilai berskala 1 – 10. Untuk mengubah skor menjadi nilai, diperlukan dahulu:
ü  Mean (rata-rata skor)
ü  Deviasi Standar (Simpangan Baku)
ü  Tabel Konversi angka ke dalam nilai berskala 1 – 10
Tahap-tahap yang dilalui dalam mengubah skor mentah menjadi nilai berskala 1 – 10 adalah sebagai berikut:
ü  Menyusun distribusi frekuensi dari angka-angka atau skor-skor mentah
ü  Menghitung rata-rata skor (mean)
ü  Menghitung deviasi standar
ü  Mentransformasi (mengubah) angka-angka mentah ke dalam nilai berskala 1 – 10















PENUTUP

A.        Kesimpulan
Penilaian acuan patokan adalah penilaian yang mengacu kepada tujuan instruksional khusus tersebut.
Penilaian acuan norma adalah penilaian yang mengacu kepada norma untuk menentukan kedudukan atau posisi seorang peserta didik di antara kelompoknya.

B.        Saran
Dalam hal ini penulis mencoba memberikan saran dari uraian di atas :
Ø  Pendidik sebaiknya mengetahui berbagai macam teknik dalam pengolahan dan pengonversian hasil evaluasi dengan memanfaatkan metode penilaian acuan norma dan acuan patokan.
Pendidik mampu menangani peserta didiknya dalam proses pembelajaran.


[1] Suke silverius. hal.180-181
[2] M. ngalim purwanto hal.37-38
[3]Suke Silverius.Opcit.hal.180
[4] M.Ngalim Purwanto.Opcit.hal.77
[5] http/google.co.id/search.penilaianacuannorma. (diakses tgl 26 April 2012)
[6] M.Ngalim Purwanto.Opcit.hal. 30
[7] Anas Sudijono, hal. 328.
[8] Suharsimi Ariunto, hal. 249.
[9] Ibid

0 komentar:

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
Copyright © 2012 Education.